HOT INFO
Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Peternakan. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Februari 2014

Tips, Cara dan Peluang Usaha Beternak Burung Puyuh



TaniPedia - Berikut ini adalah serba-serbi budidaya burung puyuh dimulai dengan sejarah singkat burung puyuh, sentra  budidaya burung puyuh, jenis-jenis burung puyuh, manfaat burung puyuh, persyaratan lokasi budidaya burung puyuh,  pedoman teknis budidaya burung puyuh, hama dan penyakit burung puyuh dan lain-lain. 



1. SEJARAH SINGKAT
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
3. JENIS
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT
  1. Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
  2. Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
  3. Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  2. Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
  3. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
  4. Bukan merupakan daerah sering banjir
  5. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur. Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
      1. Kandang untuk induk pembibitan
        Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan mneghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
      2. Kandang untuk induk petelur
        Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
      3. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
        Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
      4. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
        Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
    2. Peralatan
      Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
  2. Penyiapan Bibit
    Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
    1. a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
    2. b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
    3. c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
  3. 6.3. Pemeliharaan
    1. 1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini
      mungkin.
    2. 2) Pengontrolan Penyakit
      Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
    3. 3) Pemberian Pakan
      Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.
    4. 4) Pemberian Vaksinasi dan Obat
      Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Radang usus (Quail enteritis)
    Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.
    Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
    Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
  2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
    Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang
    spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
    Pengendalian:
    1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
    2. pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
  3. Berak putih (Pullorum)
    Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
    Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
    Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
  4. Berak darah (Coccidiosis)
    Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
    Pengendalian:
    1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
    2. dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
  5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
    Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
    Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
    Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
  6. Quail Bronchitis
    Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
    Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
    Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
  7. Aspergillosis
    Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
    Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
    Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
  8. Cacingan
    Penyebab: sanitasi yang buruk.
    Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
    Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
  2. Hasil Tambahan
    Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
9. PASCAPANEN …

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    1. Investasi
      1. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m (1 jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-
      2. kandang besar Rp. 1.450.000,-
    2. Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)
      1. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
      2. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
      3. Pakan (selama 60 hari) Rp. 2.981.200,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 4.722.200,-
        Keadaan puyuh:
        • Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)
        • Resiko mati 5%, sisa 1900
        • Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
        • Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan
        • Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan Rp. 4.408.000,-Minus Rp. -314.200,-
    3. Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
      • 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
      • Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-
      • Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-
        Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-
        Keadaan puyuh:
        • Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir
        • Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
        • Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
        • Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
        • Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-
    4. Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-
    5. Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)
      1. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-
    6. Pendapatan
      1. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
      2. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
      3. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
      4. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-
    7. Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-
      Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.
  2. Gambaran Peluang Agribisnis …
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Udayana.
  2. Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.
  3. Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
  4. Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas

Minggu, 09 Februari 2014

Tips dan cara Penangkaran Ayam Hutan/Ayam Alas

TaniPedia - Setelah sekian waktu tidak update artikel , penulis mau berbagi tentang ukuran kandang atau bentuk kandang untuk ternak ayam hutan. ini saya sampaikan terimakasih pada para pembaca yang budiman yang telah berpartisipasi melalui sms ke no. Hp saya. Tapi mohon maaf yang sebesar-besarnya ada beberapa yang tidak sempat terbalas. maklum Hp  jadul, memorinya cepat penuh dan terhapus.
Baik kita mulai dari sini : Penulis pertama kali mencoba beternak ayam hutan ( feb 2006) hanya mempunyai 1 kandan polier berukuran : panjang 2 meter , tinggi 1 meter dan tinggi 1,5 meter . dan dari sinilah penulis berhasil menangkarkan ayam hutan seperti ulasan pertama saya (pengin liat lagi? silakan klik di sini )   dan saat ini penulis memiliki 4 kandang polier dengan ukuran berbeda sebut saja a dan b. kandang a berukurang 1 x 2.5 x 1.5  sedang kandang b berukuran 1,25 x 3 x 1,60 m untuk melihatnya ada Sedikit bagian kandang yang ter shoot dalam bagian akhir video ini dan anda bisa melihat dengan  klik di sini . untuk detail kandang mohon tunggu update berikutnya. Baik pada intinya kandang ukuran A maupun B semuanya berhasil untuk menangkarkan ayam hutan.

Menurut saya pribadi sebetulnya untuk jenis indukkan siap tangkar ukuran kandang tidaklah begitu mempengaruhi keberhasilan dalam beternak. bahkan penulispun pernah mengawinkan ayam hutan dalam 2 kandang box/ sangkar bekisar yang berukuran kurang lebih 60 x60x70 cm  dan sang betinapun bertelur . hanya saja faktor keselamatan tlur ini menjadikan catatan khusus untuk menangkarkan di kandang yang sempit. Resiko terinjak dan pecah sangatlah tinggi. Baik kita kembali ke masalah teknik membuat kandang untuk ternak ayam hutan.  
Ada beberapa faktor keberhasilan dalam menangkarkan ayam hutan:
  1. Indukan yang betul-betul sudah siap kawin.
  • Indukan Jantan ; mempunyai kriteria :
Jinak, tidak takut kepada kita,
responsif terhadap ayam lain (misal ayam kampung) apalagi terhadap ayam hutan betina.
contoh ayam hutan jantan yang siap kawin dapat di lihat di : silakan klik disini untuk melihat indukan jantan siap breeding  tentunya faktor kesehatan ayam juga menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya.
  • Indukan Betina
Indukan betina juga harus sudah benar-benar siap kawin.
Ciri-ciri betina siap kawin  sebagai berikut :
- Sering mengeluarkan suara : keek....keek....keek.... berulang dengan suara LEPAS/Keras bahkan terkadang mengeluarkan kokok layaknya si jantan. menurut saya ciri ini yang sangat mudah dikenali oleh kita.
- ciri selanjutnya adalah mata berbinar
- bulu-bulu tertata halus dan terlihat licin ini memerlukan pembiasaan untuk mengetahuinya.
secara detail mungkin video ini akan membantu para pembaca untuk mengetahui ciri ayam betina siap kawin, silakan klik di sini   


 2. RANGSUM / PAKAN
  • Baik indukan jantan atau pun betina tentunya juga harus diperhatikan kesehatan dan rangsum makannya. ADA PENGALAMAN UNIK dari penulis mengenai rangsum ayam hutan ini : begini: Penulis terkadang memberi pakan tambahan berupa cacing (umpan pancing) yang penulis beli di penjual pakan burung,  ketika ayam hutan (betina) belum siap kawin maka ayam-ayam ini enggan atau tidak mau menyantapnya, melirik-pun tidak ( uih...). tetapi ketika ayam ini memasuki masa kawin ataupun bertelor, maka jangan tannya berapapun ia santap !!!  pengalaman ini berlaku untuk 8 ekor indukan betina hanya 1 ekor yang tidak mau menyantapnya.
  • Jankrik, kroto, ulat dan suplemen tambahan ( sentrat ayam petelur) juga selalu hidangkan untuk ayam hutanku.
3.  USIA indukan ayam hutan
Sepengalaman penulis : Usia ayam pejantan harus lebih tua dari indukan betinanya. Penulis pernah mencampur ayam hutan jantan yang usianya lebih muda dari betinanya, APA YANG TERJADI ? "PERKELAHIAN" ayam hutan betina akan menolak kehadirannya sehingga ada sifat agresif/menyerang ketika ayam hutan jantan saya masukkan ke polier. kondisi ini tetntunya tidak akan baik jika diteruskan.
Sekali lagi ini berdasarkan penulis semata. 
4. LOKASI KANDANG
Banyak yang berpendapat bahwa Lokasi kandang yang baik adalah di tempat yang tenang agar seperti habitat aslinya , YA Silakan saja, bagi penulis itu mungkin untuk indukan yang diperoleh hasil tangkapan , sehingga sifat liarnya masih kental. TAPI jika Indukan betul2 jinak dan hasil tangkaran/dipelihara dari kecil maka faktor tersebut diatas  menurut saya tidak berlaku. (bagi para pemula saya sarankan untuk melihat ciri ayam hutan tangkapan dan ciri ayam hutan hasil tangkaran/dipelihara dari kecil silakan klik di sini 
Meskipun begitu lokasi penangkaran IDEALNYA memang ditempat yang sepi, tidak banyak dilalui orang/keluarga/bahkan tamu
Penulis sendiri membuat kandang menjadi 3 katagori :

a. Lokasi di halaman rumah depan , sehingga lokasi ini sangatlah ramai, kendaraan, lalulalang keluarga , tamu, tetangga, bahkan anak-anak kecil kadang bermain bola di halaman saya. dan kutukan ayam hutan pun telah dihasilkan dari kandang ini. Untuk lokasi iini tentunya diperuntukkan bagi indukan yang betul2 pemberani dan sangat familiar terhadap lingkungan ini.
b. Lokasi sepi  dihalaman dalam rumah, ditempat ini hanya saya, dan keluarga yang berlalu lalang. untuk meodel kandang ini saya peruntukkan bagi indukan YANG HANYA JINAK KEPADA SAYA dan Keluarga. Jika ada orang asing maka ayam ini akan sangat ketakutan. JANGAN SALAH meskipun ayam dipelihara dari kecil ada juga yang mempunyai sifat seperti ini. jadi perlu lokasi khusus. di lokasi ini  kutukan ayam hutan juga telah saya hasilkan.
c.  Untuk lokasi yang ke tiga adalah lokasi yang saya sebut di atas; yaitu sepi dan jauh dari keramaian, ini saya taruh dag di lantai dua dimana lantai tersebut sebetulnya untuk jemuran pakaian, tapi sekarang beralih fungsi untuk breeding ayam hutan. Kadang ini (dulu) saya peruntukkan untuk ayam hutan tidak begitu jinak hasil tangkapan dari hutan. ayam ini jika melihat majikannya masih takut, tapi jika melihat indukan betina responyya sangat bagus. JANGAN SALAH Tafsir. sekali lagi ayam ini mempunyai respon bagus dengan betinanya, tapi jika melihat majikannya . Wuaduh.... minta ampyuun... kepalanya bisa-bisa penyok terluka karena sifat liarnya. Tapi barang kali pembaca mempunyai ayam hutan jantan dan jika didekatkan ke ayam hutan betina apa lagi ayam kampung kok nampak ogah-ogahan ya..... mungkin butuh waktu dan ketelatenan ekstra untuk membuat ayam bergairah/responsif kembali. oh iya....  penulis juga pernah menghasilkan kutukan dari tipe kandang/ayam ini 
 
 Masih ada beberapa faktor keberhasilan dalam menangkarkan ayam hutan, antara lain TEKNIK/CARA  MENCAMPUR Indukan dan CARA MENGAWINKAN INDUKAN ayam hutan  dan lain sebagainya  akan saya bahaas di lain kesempatan.
sedikit catatan saja bahwa:
Pengalaman saya di atas murni dari pengalaman saya pribadi, dan menurut saya ITULAH yang menjadi SALAH SATU KUNCI keberhasilan dalam menangkarkan ayam hutan. Sebetulnya masih banyak yang ingin penulis sampaikan , berhubung banyak keterbatasan mungkin akan saya update kembali  PENGALAMAN SAYA tentang beternak ayam hutan.
Bagi pembaca yang budiman silakan juga mencari sumber lain yang lebih baik tentang tips, trik atau apalah namanya untuk dijadikan referensi untuk beternak ayam hutan !
 
 

Kamis, 27 Oktober 2011

Prospek Baru Beternak Ayam Kampung Jawa-Super

TaniPedia - Ternak ayam kampung menjadi bisnis yang cukup laris, karena permintaan daging ayam organik meningkat cukup baik. Meski demikian para peternak menemui kendala yaitu lambatnya pertumbuhan ayam kampung. Berbeda dengan ayam broiler yang bisa panen dalam waktu 40 hari saja. Namun saat ini persoalan tersebut sudah bisa dipecahkan dengan kehadiran ayam kampung super atau ayam Jawa super.Ternak ayam kampung super dikatakan lebih menjanjikan karena dalam masa pemeliharaan 45 sampai 60 hari ayam kampung super sudah bisa dipanen.
Masa panen ternak ayam kampung super yang singkat, hal ini memberikan banyak keuntungan diantaranya resiko kematian yang kecil dan menghemat biaya pemeliharaan termasuk pakan ayam. Ayam kampung super merupakan persilangan ayam kampung biasa dengan ayam dengan ras pertumbuhan yang cepat, sehingga anakannya memiliki pertumbuhan yang cepat. Namun dari segi bentuk dan daging memiliki karakteristik ayam kampung.
Dari segi harga jual, ayam kampung harganya lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, berkisar dari 17 ribu sampai 25 ribu per kilogram. Tergantung pada keadaan pasar, suply and demand daging ayam kampung di pasaran.
Dalam usaha ternak ayam kampung super sendiri tidak terlalu rumit, cara pemeliharaan ayam kampung sendiri cukup mudah, hanya tinggal menyediakan kandang terbatas dengan alas sekam dan diberi lampu secukupnya. Pemberian pakan hanya satu kali saja pada wadah yang berbentuk seperti galon air mineral, sehingga pakan akan keluar jika dimakan ayam. Dengan demikian tidak perlu khawatir jika dijadikan usaha sampingan. Pemberian pakan untuk usaha ternak ayam kampung cukup diberikan pada pagi hari dengan takaran untuk satu hari. Hal ini memudahkan dalam hal pemeliharaan dan operasional.

Analisis Usaha Ayam Kampung Super

Jika berminat dalam usaha ternak ayam kampung super ini , berikut analisis bisnis ternak ayam kampung super per 100 ekor :
A. Pengeluaran
No Keterangan Harga Satuan Jumlah Unit Jumlah
1 Pembelian bibit Ayam Kampung super Rp. 4.000 100 ekor Rp. 400.000
2 Pakan 0 – 60 hari Rp. 226.000 4 Sak Rp. 904.000
3 Vitamin dan Vaksinasi Rp. 100.000
Rp. 100.000





Jumlah Rp 1.404.000,-
B. Pemasukan
Diasumsikan , angka kematian ayam kampung super adalah 10 ekor dari jumlah 102(100 ekor plus bonus 2 ekor) maka pada saat panen masih tersisa  92 ekor dengan berat rata-rata apabila habis pakan 4 sak adalah 0,8 – 1 kg.
Harga ayam terendah adalah Rp 17.000,-/kg (hanya terjadi pada panenan bulan November
dan Februari). Fluktuasi harga antara Rp 17.000,- s.d Rp. 25.000,- per kilogram (kg).
No Keterangan Harga Satuan Jumlah Unit Jumlah
1 Penjualan Ayam Rp 22.000/kg 0.9kg x 92 = 82.8 kg 1.821.600





Jumlah Rp 1.404.000,-

Pendapatan Bersih = Pemasukan – Pengeluaran

= Rp 1.821.600 – Rp.1.404.000

= Rp  417.600,

Jika memiliki keinginan untuk mendapatkan penghasilan dari usaha sampingan, mungkin bisnis ternak ayam kampung super ini layak dicoba.(Galeriukm).

Sumber: http://www.jack-jogja.blogspot.com/
 
Copyright © TaniPedia Blog
Design by FBTemplates | BTT