WAKTU PENANAMAN
Penanaman sebaiknya dilakukan di awal musim penghujan. Paling lambat dilakukan dua bulan sebelum musim hujan selesai. Jika sebelum musim kemarau tiba bibit yang ditanam belum memiliki perakaran yang cukup dalam di tanah , kemungkinan besar bibit akan mati di lahan , atau minimal cacat karena kerdil. Ini akan merugikan investasi Anda atas biaya yang sudah Anda keluarkan. Ukuran paling baik untuk bibit ditanam adalah 30 cm , karena perakarannya belum banyak melingkar dan rusak dalam polybag. Tanaman memiliki tinggi tanaman di permukaan tanah dengan di dalam tanah yang relatif simetris. Jadi jika Anda membeli bibit setinggi 1 meter , bayangkan bahwa akar sepanjang 1 meter tergulung dalam polybag seukuran yang Anda lihat terpasang di dasar bibit Anda.
Jika Anda hendak membeli benih / biji untuk dibibitkan sendiri , lakukanlah pada 4 bulan sebelum musim hujan mulai. Atau paling lambat , lakukan satu bulan sebelum musim hujan datang. Sebabnya adalah dibutuhkan minimal 4 bulan sejak dari biji disemai sampai bibit sengon mencapai tinggi 30 - 40 cm ( ukuran siap ditanam di lahan )
PEMILIHAN BIBIT
Ada macam - macam bibit sengon yang tersedia di pasaran. Mulai dari kualitas asalan sampai kualitas unggul. Sengon kualitas asalan adalah sengon yang diperbanyak dari biji yang dipungut dari kebun sengon sembarang. Biasanya biji / benih dari sengon asalan ini diperoleh dari penyerbukan yang mayoritas tidak terkontrol bapak & ibu nya , sehingga pohon yang bersebelahan juga masih dari satu Bapak / Ibu , dan penyerbukannya merupakan hasil inbreeding / kawin antar saudara kandung , sehingga bawaan cacat genetika ( kerdil dan mudah mati ) prosentasenya cukup besar , bisa 25 - 60 %.
Benih Sengon Bersertifikat
Benih sengon bersertifikat dihasilkan dari petak benih yang
terdaftar / memiliki ijin dari BPTH ( Balai Pembenihan Tanaman Kehutanan cq.
Departemen Kehutanan ) , kebanyakan masuk dalam wilayah kerja BPTH Jawa Madura.
Pendaftaran petak benih dilakukan kira- kira 10 tahun
sebelum panen benih pertama. Masing – masing benih / biji yang akan disemai
harus jelas asal usulnya dan dari lokasi asal yang berbeda-beda , untuk
menghindarkan inbreeding / kawin saudara kandung. Penanaman dilakukan dengan
jarak yang tidak terlalu rapat ( maksimal 5 x 5 meter ) , dan biasanya sejalan
dengan pertumbuhan dilakukan penebangan seleksi, sesuai pertumbuhan tanaman
yang baik. Biasanya hanya tersisa kurang dari 150 batang pohon per hektar nya pada
saat siap panen benih. Dan harus dipastikan dalam radius tertentu di luar petak
benih tidak terdapat tanaman sengon , yang bisa mencemari genetik dengan serbuk
sari yang terbawa angin dan serangga.
Benih yang dihasilkan kemudian dikumpulkan dan ditimbang
jumlah total panenannya pada musim itu, dan dilaporkan ke BPTH. Sampel benih
akan diperiksa oleh laboratorium pengujian mutu benih. Hasil yang diperoleh ,
kemudian berbentuk Sertifikat Uji Mutu Benih , akan diterbitkan untuk
keseluruhan panenan benih ( sertifikat induk ). Pembeli yang membeli benih
secara eceran , akan memperoleh salinan sertifikat induk.
Karena dihasilkan dari petak pembenihan , yang secara
genetik jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan daripada benih sengon asal-asalan
, maka pertumbuhan hasil semai nya akan jauh lebih seragam dan lebih baik
pertumbuhannya. Yang lebih menguntungkan lagi adalah , karena keturunannya
jelas , maka , sifat – sifat bawaan genetiknya juga bisa diperkirakan. Jika
keturunan dari sengon Morotai / Albizzia moluccana , maka lebih tahan
kekeringan dan pertumbuhan tetap baik di lahan yang lebih gersang. Jika
keturunan sengon Jawa / Paraserianthes falcataria , maka dibutuhkan lokasi yang
relatif lebih sejuk dan curah hujan sedang.
Jadi , biji sengon asal-asalan , selain merugikan karena
resiko cacat inbreeding , juga garis keturunan / sifat genetiknya sulit ditebak
, sehingga sulit memilih untuk lahan yang cocok agroklimatnya. Penggunaan bibit
sengon asal-asalan , selain memiliki resiko kerugian pada investasi, juga akan
membuang waktu Anda.
Bahasa pedagang yang mengaku asal bicara tanpa surat : bibit sengon
solomon , bibit sengon unggul , bibit sengon berkualitas ,benih seleksi , atau apapun itu ,
hanya menarik sebagai janji kosong , tetapi akan membawa kerugian bagi Anda.
Silakan pertimbangkan baik – baik , karena pertumbuhan tanaman Anda tidak
didasarkan pada metode dan perijinan legal yang bisa dipertanggungjawabkan ,
dan hanya berdasarkan janji muluk dari pedagang.
Untuk diketahui , bahwa ada beberapa macam jenis sengon yang tumbuh di Indonesia. Ada jenis sengon Jawa , yang kulit kayunya cenderung abu - abu muda kehijauan dan kayunya memiliki berat jenis lebih tinggi dari sengon laut yang umumnya dikembangkan untuk industri. Ada sengon laut jenis Purworejo yang masih satu rumpun dengan sengon Morotai , yang pertumbuhannya relatif lebih cepat dibandingkan sengon Jawa. Ada pula sengon introduksi seperti halnya varietas dari kepulauan Solomon. Masing - masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Seperti misalnya sengon Morotai memiliki ketahanan yang lebih terhadap kekeringan , dibandingkan sengon var. Solomon yang terbiasa memperoleh hujan selama 8 - 10 bulan di habitat aslinya di kepulauan Solomon. Akan tetapi jika lahan lokasi penanaman memiliki cukup ketersediaan air / musim hujan yang tidak kurang dari 6 bulan / tahun , sengon solomon memiliki keunggulan dalam kecepatan pertumbuhan. Dibandingkan sengon lokal , selain sosoknya yang lebih tinggi / bongsor , penambahan diameter nya pun lebih cepat daripada sengon lokal yang unggul sekalipun.
Selain pemilihan bibit sengon berdasarkan jenisnya , pemilihan tipe perbanyakan juga berpengaruh. Pembenihan dari biji / generatif memiliki tingkat keseragaman 70 - 80 % , seperti hal nya jika kita lihat kakak beradik dalam satu keluarga besar , bongsor atau pendek bisa bervariasi , meskipun satu ayah dan ibu. Hal ini dikarenakan faktor variasi genetika. Penghilangan variasi genetika bisa diperoleh dengan cara vegetatif , yaitu dengan kultur jaringan. Keuntungan perbanyakan kultur jaringan adalah :
1. Klon / perbanyakan dengan multiplikasi jaringan tanaman , jadi tubuh yang sama diperbanyak berkali - kali , jadi secara genetika pasti identik / kembar. Jadi bibit dari hasil kultur jaringan akan memiliki tingkat pertumbuhan yang nyaris 100 % seragam. Variasi pertumbuhan hanya ditentukan oleh penanganan dan pengaruh lingkungan dimana tanaman ini tumbuh. Satu titik tanam dengan titik tanam lain bisa memiliki variasi kesuburan dan ketersediaan air tanah.
2. Karena perbanyakannya dalam lingkungan aseptis , maka jika sampai bibit mengandung spora penyakit wabah seperti misalnya tumor karat , maka tumor karat akan tumbuh dan berbiak dalam media steril tempat perbanyakan kultur jaringan dilakukan. Akibatnya bibit tidak mungkin hidup dan tumbuh sampai usia pengiriman dan rusak sejak masih tahap kalus prematur. Jadi , bibit yang berukuran siap kirim hanya bisa tumbuh dan dikirim karena dia BEBAS PENYAKIT. Jadi , bibit kultur jaringan bisa dikatakan tidak membawa bibit penyakit ketika keluar dari kultur. Meskipun penularan di lahan penanaman bisa tetap terjadi.
Perbedaan biaya / investasi / modal penanaman antara bibit asalan dengan bibit kultur jaringan tidak lebih dari Rp. 4.000.000 / hektar , sedangkan perbedaan hasil tebangnya bisa Rp. 200.000.000 / hektar.Oleh karena itu, yang paling baik sementara ini adalah bibit sengon solomon kultur jaringan yang sudah diseleksi genetika.
Sumber: sengonsolomon.blogspot.com
Saya tertarik utk budidaya sengon. Dimanakah saya dapat memperoleh bibitnya? Thank u
BalasHapusMohon informasi tempat benih / bibit sengon solomon bersertifikat di jawa timur
BalasHapus